KAMPUNG SALOR ADA DI JAWA, SALA [SOLO]

>> Monday, December 2, 2013




KAMPUNG SALOR ADA DI JAWA, SALA [SOLO]

Petang Sabtu lepas [hari ini Isnin 2 Disember 2014] saya balik kampung. Biasanya kami balik hari Jumaat, untuk menziarhi pusara ibu, isteri dan keluarga. Tapi sepanjang dua minggu lebih yang lalu, hujan hampir tidak henti-heti sepanjang siang dan malam, termasuk hari Jumaat yang menyebabkan kelajuan pergerakan kami tidak lancar. Kami tidak dapat balik kampung, Kampung Salor.



    Bersama dengan pengantin baru "Nahri", diapit oleh dua orang kakaknya, Sajidah & Sarina

Petang Sabtu lepas hujan berhenti sekejap sehingga malam barulah hujan turun semula dengan lebatnya sampai ke Subuh. Kami balik kampung kali ini kerana kenduri kecil yang diadakan oleh anak saudara saya untuk menyambut isterinya.

Upacara diadakan di rumah pusaka peninggalan ayahandanya, abang saya Ariffin Saleh [semoga Allah cucuri rahmat ke atasnya] yang terletak di sebatang lorong, beberapa meter dari jalan lama Salor- Pasir Mas.



                             Hadapan rumah pengantin digenangi air

Seperti biasalah bila hujan turun mencurah-curah seluruh kawasan rumah pusaka itu ditakungi air menenggelami  beberapa anak tangga. Tapi hari itu yang tenggelam hanya sebatang anak tangga sahaja kerana air telah mulai surut bila hujan berhenti sekejap. Namun begitu, beberapa kayu leper terpakasa diletak sebagai titian untuk menghubungkan lorong bertar itu dengan rumah. Kalau tidak mereka terpakasa mengharung air yang tingginya menenggelami buku lali.

Ketika memasuki lorong tadi, di kepala lorong terpacak sebuah tulisan nama lorong itu, iaitu Lorong Kubur Pohon Manggis, kerana di atas kubur yang luas yang terletak tidak berapa jauh dari rumah itu  ada dua pohon pokok manggis  tua. Namun begitu sebelumnya lorong itu  pernah dipanggil Lorong Kubur Pohon Seta. Perkataan Seta ialah bahasa Kelantan yang bermaksud manggis- buah seta erti buah manggis, pohon seta erti pohon manggis. Sampai hari ini pun orang-orang Kelantan tetap menyebut buah seta bukannya buah manggis.




Sejarah nama lorong itu agak unik. Pada suatu ketika Lorong Kubur Pohon Seta itu pernah ditukar namanya kepada nama Lorong  Cikgu Ariffin. Allahyarham ini terkenal dengan seorang yang petah bercakap dan pandai bercerita menyebabkan orang tidak pernah kering gosi jika ada bersamanya. Dia juga seorang yang kelakar dan suka bercakap berterus terang. Tapi bila beliau mengubah halaun perjuangannya, nama Lorong Cikgu Ariffin itu terus ditukar kembali kepada nama Lorong Kubur Pohon Seta, kemudian ditukar lagi kepada nama baru  yang moden Lorong Kubur Pohon Manggis sebagaimana tertera pada kenyataan di pintu masuk lorong itu.



Dalam perjalanan pulang fikiran saya tiba-tiba terlintas kepada nama Kg. Salor, di mana Lorong Kubur Pohon Manggis itu terletak. Adalah dipercayai Kg. Salor itu berasal daripada perkataan “alur” atau “salur” yang bererti saluran di mana air mengalir. Memang di sini terdapat sebuah saluran yang panjang membelah kampung dan membelah petak-petak sawah padi yang memang luas terbentang di Kampung Salor itu. Memanjang di tepi-tepi salur itulah  pokok-pokok sagu tumbuh merimbun kehijauan. Tapi sejak kebelakangan ini sebahagian besar daripada pohon-pohon sagu itu telah dikorbankan untuk melicinkan perjalan arus airnya.

Seorang pengkaji sejarah Indonesia Darodji Aryo B. A. Gajah Muda pernah menegaskan bahawa di Jawa pernah ada sebuah tempat yang namanya juga Salor yang dieja “Sala” atau Solo. Kemudian nama Sala/Solo ini ditukar namanya kepada Surakarta.



     Suatu pemandangan di Kota Surakarta, Jawa, yang lebih dikenali dengan nama Sala/Solo

Mengikut sejarahnya di Kampung Salor ini terdapat sebuah Istana Raja Salor yang semua keturunanya telah dibunuh oleh Raja Kota Bharu yang berpunca daripada upacara berlaga kerbau sekitar tahun 1800-an. Kini yang tinggal hanya pusara Raja Salor di selimuti semak samun. Tapi baru-baru ini saya dimaklumkan bahawa keturunan seorang puteri Raja Salor yang diceritakan  terselamat daripada pembunuhan beramai-ramai yang kejam itu masih lagi hidup. Saya berharap saya dapat menemui mereka dalam masa terdekat ini.



Lokasi Kg.Salor

Sementara Sala atau Solo di Indonesia itu asalnya sebuah desa yang menjadi pilihan Sunan Pakubuwana II untuk didirikan Istana baginda sebelum ditukar namanya kepada Surakarta. Namun hingga ke hari ini nama Sala/Solo lebih popular di kalangan rakyat Indonesia, daripada Surakata yang merupakan panggilan rasmi untuk urusan pentadbiran atau urusan pemerintahan. Mereka lebih suka menyebutnya Solo/Sala daripada Surakarta.

Di Sala ini terdapat sungai yang terkenal dengan nama Bangawan Solo, yang tekenal dengan legenda percintaan yang telah diabadikan dalam lagu Bangawan Solo yang begitu popular hingga sekarang.

Salor, Sala atau Solo kedua-duanya, satu di Malaysia, dan satu di Indonesia masing-masing menyimpani ukiran sejarahnya yang tersendiri yang patut menjadi renungan iktibar sepanjang zaman.




2 comments:

lloni December 3, 2013 at 11:53 PM  

Ambo ada terjumpa satu artikel seperti di bawah....

Warga Salah adalah salah satu warga etnis dari 55 etnis minoritas Tiongkok yang dikenal secara resmi. Warga etnis Salar ini berlokasi di bagian barat laut/utara dari pusat sebagian negeri, saat ini menurut hasil sensus tahun 2000 jumlah penduduk sekitar 106.000 jiwa, sebagian merupakan keturunan Uzbekistan di mana masih memegang adat-istiadat dari Asia Tengah mereka dan dengan bangga berpegang teguh pada akar kebuyaan mereka. Mereka sendiri yang menciptakan nama "Salar" bagi etnis minoritas ini yang dipercaya nama tersebut berasal dari nama suku Turkmenistan yang dipanggil dengan "Salor" (Schwarz). Sebgian besar warga yang memeluk agama Islam ini tinggal di daerah pegunungan bagian timur laut provinsi Qinghai. Penghidupan warga Salar ini berfokus pada pertanian, keluarga dan mesjid.

Suku asli Turkmenistan "Salor" terlebih dahulu disebut pada abad ke-11 oleh Mahmud al Kashgari dan kemudian oleh Rashidu-'d-din (abad ke-14) dan Abu-'l-Gazi (abad ke-17). Warga asli ini bermukim di luar Samarkand dan Uzbekistan. Menurut legenda, mereka melarikan diri dari negera tersebut pada abad ke-11 akibat penganiayaan yang dilakukan oleh seorang raja setempat. Namun ada banyak versi berbeda mengenai riwayat perjalanan suku Salar yang datang ke Qinghai yang hingga kini masih sering diceritakan di antara orang-orang suku tersebut.
Cerita aslinya ialah, salah seorang dari dua orang saudara laki-laki menuruti seekor unta, sambil mencari daerah tempat tinggal baru. Mereka membawa sebuah tas yang berisi dengan tanah, satu botol air, dan tiruan dari kitab suci Al-Qur'an dari tanah air mereka. Mereka berhenti hanya apabila unta mereka ingin minum dari sebuah kolam air tertentu. Tempat tersebut saat ini adalah desa Jiezi di wilayah Xunhua. Ada sebuah taman di tempat itu sekarang dan sebuah patung unta dari batu di samping kolam yang terkenal itu. Tanggal kedatangan di Jiezi seharusnya pada tahun 1370 selama masa dinasti Ming (Weiwan). Setelah sampai di wilayah Xunhua, suku Salar diperintah oleh tusi atau seorang pemimpin mereka sendiri secara turun-temurun, yang mana di antaranya ada tiga tingkatan, satu orang bertanggung jawab terhadap kesejahteraan 100 rukun keluarga, dan dua lainnya (seorang ketua dan asisten) bertanggung jawab terhadap 1000 rukun keluarga. Mereka memiliki wewenang atau kekuasaan atas milisi, pajak, dan semua masalah hukum lainnya.
Kepercayaan Agama
Sekitar 99% warga Salar adalah warga Muslim Sunni dan mengikuti lima rukun Islam yaitu : bersaksi dengan mengucap dua kalimat syahadat, mengerjakan sholat lima waktu, membayar zakat, berpuasa, dan naik haji. Salar percaya bahwa tiada Tuhan selain Allah dan memegang ajaran teguh yang ditulis dalam kitab suci Al-Qur'an yang mengatakan bahwa Nabi Muhammad adalah utusan terakhir dan terhebat. Di Mesjid Raya di Jiezi terdapat sebuah kitab suci Al-Qur'an tirun asli (kopi) yang mana kitab suci tersebut merupakan salah satu dari tiga kitab suci Al-Qur'an tiruan asli yang tertua yang masih ada hingga kini. Mesjid ini didirakan pada masa awal Dinasti Ming dan mesjid ini adalah mesjid yang paling penting kedua di provinsi Qinghai, di samping mesjid Xining.

Pondok Rahmat December 10, 2013 at 2:24 PM  


Alhamdulillah. Terimakasih. Saya berharap akan mendapat lebih banyak lagi bahan untuk menulis sebuah rencana yang menarik.

Post a Comment

  © Blogger template Werd by Ourblogtemplates.com 2009

Back to TOP